13 Januari 2010

Batanghari-Kapuas: Journeys to Remember

Batanghari 1993

Karena tugas kantor, satu hari saya harus mengarungi Sungai batanghari di Jambi dengannaik speeboat kecil berpenumpang tiga orang termasuk si nahkoda. Perjalanan Jambi-Muara Sabak kami tempuh lebih kurang empat jam. Lumayan juga, naik kendaraan air yang kecil itu di tengah-tengah sungai terbesar di Pulau Sumatera itu. Terombang-ambing oleh ombak setiap saat berpapasan dengan kendaraan air lain yang lebih besar ukurannya, yang lalau lalang di sungai itu. Perjalanan Jambi-Sabak yang kami tempuh dari pagi hingga tengah hari itu memberikan pengalaman yang menarik, melihat kesibukan di tengah dan dibantaran sungai.

Keberadaan aneka bangunan pabrik di kiri kanan sungai menggambarkan bagaimana kemurahan alam memberikan begitu banyak manfaat bagi umat manusia. Kebanyakan pabrik-pabrik di kiri kanan sungai itu adalah industri dengan bahan baku yang diambil dari hutan di sekitarnya; kayu dan karet. Di sekitaran bangunan-bangunan besar pabrik yang berdiri kokoh itu berderet rumah-rumah panggung kayu. Satu dua rumah dilengkapi dengan antena parabola besar! Tapi, kebanyakan dari rumah-rumah itu termasuk dalam kelompok rumah sangat sederhana. Bisa dibayangkan bagaimana kondisi keluarga yang mendiami rumah-rumah itu yang tentu akan sagat bertolak belakang dengan kediaman si pemilik pabrik....


Kapuas 2009

Lagi, karena pekerjaan kantor, akhir Desember 2009 lalu saya mengarungi lagi sebuah sungai besar di Pulau Kalimantan, Kapuas. Berbeda dengan pengalaman saya sebelumnya, kali ini saya mengarungi Kapuas dengan kapal yang lebih besar; Kapal Patroli Bea dan Cukai. Tingkat kecemasan tentu jauh lebih kecil, boleh dibilang tidak ada, pada pengalaman yang kedua ini. Lebih karena jenis kapal yang saya tumpangi!
Lebih kurang 2 jam berada di Kapuas, pemandangan di kiri kanan sungai mengingatkan perjalanan saya 16 tahun yang lalu. Kondisi lalu lintas di tengah dan di bantaran sungai, hampir sama. lalu lalang kapal-kapal besar pembawa berbagai jenis komoditi dan perahu-perahu kayu sarat muatan. Perkampungan kumuh di kiri kanan sungai dengan rumah panggung kayu dan aktifitas penghuninya di pagi hari, bangunan-banguan pabrik, semuanya sama! Hanya saja ada satu perbedaan mencolok di banding kondisi 16 tahun lalu; pabrik-pabrik banyak tutup dan keliahatan hanya tak lebih dari onggokan besi karatan. Tampaknya, industri yang berbasis pada bahan baku kayu te;ah menemui ajalnya karena kesulitan bahan baku. Bagaimana tidak, selama mereka hanya paham mengambil kayu dari hutan tanpa pernah berpikir menanam kembali!

Yang membuat miris, kondisi masyarakat di sekitar pabrik, setidaknya dilihat dari kondisi rumah tinggalnya yang saya lihat dari tengah sungai, baik pada perjalanan di Batanghari 1993 maupun Kapuas 2009 ini adalah sama. Rupanya, kemiskinan memang tidak mengenal batas ruang dan waktu.


Foto Batanghari diambil dari sini

Tidak ada komentar: