03 April 2009

Menuju Maret sebagai Bulan Keletihan, Kebahagiaan, dan Kebanggaan: Balada Angsa Berenang

Hampir sebulan penuh, selama Maret kemarin praktis saya tidak bisa ngapa-ngapain. Kebijakan pimpinan parte untuk melakukan jemput bola SPT (drop box), yang dalam postingan saya sebelumnya saya bilang cukup revolusioner, ternyata berdampak kesibukan yang luar biasa yang menimpa diri. Selama sebulan saya musti menyiapkan semua ubo-rampe (tetek bengek, Jawa) yang terkait dengan pelaksanaan drop box ini: mulai dari ngurusin ijin, ngatur manusia yang jagain, sampai antar jemput para pramu drop box ini. Alhamdulillah, semua berjalan lancar dan baik-baik saja. Meski ada satu dua permintaan para juragan yang nggak bisa terpenuhi, tapi EGP lah.... Alhasil terkumpul lebih dari 13 ribu SPT, jumlah yang cukup untuk memberikan kelelahan yang luar biasa untuk proses selanjutnya. Terima kasih buat semua man-teman yang dengan sepenuh hati memenuhi panggilan tugas.... Keletihan-keletihan yang timbul rasanya impas! Tahun depan kita coba yang lebih heboh lagi, halah! Karena beberapa pihak sudah menanyakan setengah memohon, 'tahun depan kalau bisa dibuat lagi pak'.

Satu pengalaman menarik yang bisa saya share di sini adalah, tak pelak lagi akan ada satu lagi hari besar di Indonesia, ya... hari penyampain SPT. Betapa tidak, orang-orang yang selama ini cuek bebeh dengan urusan pajak, kemarin itu dengan sukarela dan berduyun-duyun datang ke kantor pajak (drop box) untuk nyerahin SPT-nya. Jangan dulu bicara soal kualitas SPT yang disampaikan. Barangkali ini pengalaman pertama kalinya di republik ini. Bahkan beberapa di antaranya terkaget-kaget ketika urusan penyampaian SPT memakan waktu yang begitu singkat, sampai terbengong-bengong tak percaya ketika diberitahu bahwa proses penyampaian SPT sudah selesai dan diberi ucapan terima kasih. 'Sudah selesai pak?', 'Sudah begini doang?' adalah ungkapan keterkejutan yang biasa terucap. Barangkali yang menjadi bayangan wajib pajak (baru) ini adalah ruwetnya berurusan dengan birokrasi pemerintahan, yang 'kalau bisa dipersulit kenapa dipermudah'. Makanya wajar saja, bila beberapa harian ibukota memberikan apresiasi terhadap peningkatan kualitas pelayanan a la drop box ini. Itu hal-hal yang membanggakan dan membahagiakan dari pelaksanaan drop box tahun ini.

Tapi, pekerjaan tentu saja belum selesai. Karena hakikat drop box ini 'kan memindahkan tahapan-tahapan yang tadinya dilakukan di awal proses penyampaian SPT menjadi dilakukan di belakang. Pekerjaan ikutan dari drop box ini cukup banyak dan merepotkan. Ini barangkali yang digambarkan oleh balada angsa berenang yang sering diceritakan dalam pelatihan-pelatihan yang terkait dengan pelayanan. Bahwa, melayani orang banyak itu hendaknya mengikuti kaidah angsa berenang di tengah danau. Ketika seekor angsa berenang di tengah danau, tampak dari kejauhan begitu anggun, air danaupun sedikit beriak. Tapi, coba Anda bayangkan bagaimana suasana di bawah air? Bagaimana kaki-kaki angsa itu bekerja, mungkin sedang berusaha keras mengkibas-kibaskan rerumputan yang nyangkut di kaki sambil tetap terus mengayuh supaya angsa tetap melaju dan tidak tenggelam. Demikian pula hendaknya, layanan publik. Publik tidak perlu dan mau tahu bagaimana repotnya kita, capeknya kita, letihnya kita dalam proses melayani mereka. Bagi mereka, pokoknya layanan dapat diselesaikan dengan cepat, nyaman, dan gratis! Segala kerepotan hanya akan menjadi masalah kita sebagai penyedia layanan bukan masalah bagi publik penikmat layanan.

Masalahnya, sehebat apakah kualitas keangsaan kita?

Tidak ada komentar: