28 Februari 2009

Kencang Kali Teriakmu Kawan, Padahal Jelas Nggak Akan Didengar

Dalam sejarah kerja kantoran saya, sudah berpuluh-puluh kali saya bicara didepan orang banyak sekedar untuk memberitahu mereka sesuatu yang akan menjadi kewajiban mereka. Ratusan bahkan ribuan wajah telah saya tatap dan bermacam perangai manusia saya hadapi. Dari yang begitu menyenangkan hingga yang amat sangat memuakkan. Pengalaman terakhir terjadi beberapa hari yang lalu ketika saya melakukan sosialisasi pengisian SPT Tahunan PPh OP di kantor sebuah stasiun televisi swasta nasional. Overall, acara berlangsung cukup interaktif dan saya melihat antusiasme dari para peserta. Harapan saya, mudah2an mereka paham akan apa yang saya telah sampaikan, nggak usah 100%,... separuhnya saja would be fine for me.

Dari dua sesi bicara ada beberapa kejadian menarik, yang membuktikan bahwa manusia diciptakan dengan karakter yg acak. Artinya, bentuk tubuh, jenis kelamin, warna kulit, dll boleh sama tapi karakter akan sama sekali berbeda antara satu manusia dengan menusia lainnya. Ketika, hampir seluruh isi ruangan menyimak dengan penuh perhatian [atau bengong karena bingung] ada satu orang yang tampak good looking, cerdas dan terampil [juara cerdas cermat kali...] sibuk dengan berbagai pertanyaan yang lebih sering berupa pengulangan atas apa yang telah disampaikan. Entah karena mikirin yg lain atau memang demikian ruwetnya materi yang dibahas, sehingga seseorang yg tampak cerdas dan terampil bertanya berkali-kali [bahkan] untuk satu topik yg sebenarnya tidak rumit-rumit amat, yg bikin yang lain jadi jengah (?). Mungkin kawan kita ini datang ke ruangan sudah dengan persepsi2. Makanya, kata orang bijak, ketika kita masuk ke dalam satu kelas, kosongkan pikiran kita laksana mengosongkan gelas yang penuh dengan air hingga akan sangat mudah bagi kita untuk menerima apa yang disampaikan dalam kelas.

Di sesi siang, suasana berbeda. Peserta lebih banyak dan relatif lebih bersuara, banyak tanya, ada yg secara gamblang membantu menjelaskan topik yg sedang disampaikan, ada yang sampai teriak, "Hallo, halloooo....!!!" sekedar menenangkan khalayak yag berisik ngomong sendiri. Dari sekian yg bersuara ada satu orang yg dengan lantang dan lebihd ari sekali menanyakan sesuatu yang diluar kontek topik, meski nyambung juga kalo dipaksa, sampai berapi-api curhat! Untungnya, ini terjadi di akhir sesi ketika orang sudah bersiap meninggalkan ruangan. Melihat masalah yang disampaikan, saya hanya berpikir kalau dijawabpun akan jadi debat kusir, dan jelas nggak ada manfaatnya meladeni model pertanyaan model beginian yg disampaikan dengan semangat mencela; kemana uang pajak digunakan, mengapa rakyat kecil [kerja di kantor yg demikian besar, rakyat kecil?] disuruh2 bayar pajak, disuruh berNPWP yang cukup merepotkan dsb, dsb.

Daripada pusing, lebih baik diamkan saja, sambil membatin, "Yaa... kencang kali teriakmu Kawan, padahal jelas nggak akan didengar."

Tidak ada komentar: