07 Februari 2009

Buy American: Kacang Tak Lupa Kulitnya

Dua hari lalu, sambil leyeh-leyeh melototin Metro TV, liatin orang-orang 'adu umuk' di sebuah acara diskusi (atau debat kusir?). Mata yang sudah lima watt, karena menahan kantuk, tiba-tiba jadi agak segeran ketika tiba-tiba terlintas di running text tulisan 'buy american'. Penasaran, nungguin apa maksudnya 'buy american', ternyata nggak ada penjelasan lebih lanjut. Ya udah, matikan tv lalu tidur....zzzz.

Keesokan harinya, dengan rasa penasaran atas 'buy american' yang tersisa datang dan minta bantuan ke pak dhe google. Dan inilah salah satu hasilnya. Pada intinya 'buy american' ini adalah bentuk kebijakan yang dipropose oleh Senat Amerika sebagai bentuk stimulus ekonomi yang sedang lesu darah. Dalam kebijakan ini nantinya, setiap proyek infrastruktur di Amerika harus menggunakan bahan buatan Amerika. Kabarnya Presiden Obama nggak setuju dengan klausul ini, meski yg propose mayoritas anggota senat dari Partai Demokrat. Argumen penolakan antaranya adalah kemungkinan pelanggaran kesepakatan dagang bebas dengan negara partner dagang: proteksi, subsidi dsb dan kekhawatiran perlakuan yang sama oleh negara partner dagang.

***

Melihat kecenderungan di atas, saya jadi ingat satu buku yang ditulis oleh Ha-Joon Chang. Seorang ekonom Korea jebolan Cambridge University, UK. Mungkin Anda pernah juga membaca bukunya. Ya, judulnya 'Bad Samaritans'. Dalam bukunya ini, Chang menjelaskan secara panjang lebar, jernih dan mudah dipahami tentang sejarah paham perekonomian dunia, yang sering disebut dengan 'neo-liberal'. Bagaimana kelahiran, kapan dan apa efeknya paham ini terhadap negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, dibahas secara detil di buku ini.

Beberapa hal yang menarik, menurut pemahaman saya, antara lain adalah bahwa instrumen-instrumen ekonomi yang menjadi musuh neo-liberal; subsidi dan proteksi, sebenarnya merupakan instrumen yang dulu dipakai oleh negara-negara penyebar paham neo-liberal (US dan UK) sebelum mereka menjadi negara yang seperti sekarang ini. Setelah mencapai kemajuan ekonomi yang luar biasa, barulah mereka kutbah tentang perdagangan bebas, anti subsidi, anti porteksi dan yang sejenisnya kepada negara-negara lain, termasuk Indonesia. Kutbah ini tentunya dibalut dengan berbagai argumen ilmiah, bukti empiris dan lainnya yang meyakinkan. Tapi, menurut Chang, semua itu hanyalah upaya negara maju untuk mengelak dari kejaran negara-negara lain hingga mereka tak punya pesaing berarti. Hasilnya, mudah ditebak, mereka akan tetap punya kuasa atas negara-negara lain (yang sedang berkembang) dan gampang mengaturnya. Perumpamaan yang digunakan adalah ibarat lomba naik ke atap dengan satu tangga. Begitu berhasil naik ke atap, negara penganut paham neo-liberal ini, membuang tangga begitu saja sehingga tidak ada orang lain yang akan dapat naik ke atap. Jadilah dia juaranya....

Chang juga memberikan contoh yang lebih kontemporer tentang bagaimana instrumen-instrumen haram neo-liberal ini ternyata juga ampuh mengangkat perekonomian satu negara, yang dianggap mbalelo terhadap mazab neo-liberal. Negara tersebut adalah Korea (Selatan). Korea pada dekade 60-an termasuk dalam kelompok negara termiskin di dunia (kayak judul lagu dangdut!). Akan tetapi dengan kebijakan pembangunan yang saarat dengan subsidi, proteksi dan orientasi ekspor (kalau perlu dumping harga), Korea menjelma menjadi negara super kaya, bahkan pada tahun 90-an masuk dalam kelompok OECD, klub negara kaya dan maju! Ini sebuah keajaiban, karena hanya perlu waktu kurang dari 50 tahun. Sementara UK dan US, untuk mencapai level yang sama seperti Korea dari negara miskin ke kaya pada tahun 1990-an perlu waktu masing-masing 2,5 abad dan satu abad.

***

Balik lagi ke soal 'buy american' tadi, sepertinya para senator di DC sana, ibarat kacang yang nggak lupa akan kulitnya. Dalam keadaan ekonomi yang terpuruk seperti saat ini, mereka jadi panik. Dalam kepanikan, muncullah ego dan watak asli, dan... muncul kembalilah paham-paham yang dianut oleh nenek moyang mereka dalam membangun perekonomian dulu kala. APakah ini akan berhasil, kita lihat perkembangannya....

Tidak ada komentar: