11 September 2008

Kelas Virtual Ekonomi 101

Tentang Kemakmuran (1)

Persoalannya, kemakmuran semu Orde Baru khan seperti mimpi. Konsep pertumbuhan ekonomi yang berorientasi pertumbuhan tanpa pemerataan (sebenarnya tanpa pengembangan pasar yang baik, karena produsen dikuasai oleh pemerintah atau pihak2 yang dekat dengan kekuasaan), maka suatu saat ketidakefisienan akan terkoreksi. Salahnya kita mungkin menggunakan hutang sebagian untuk pertumbuhan dan sebagian lagi dikantongi oleh beberapa pihak. Uang dari pasar hutang (antar negara) pada tahun 1980-an dan 1990-an awal mencari alternatif investasi yang menarik setelah perekonomian Amerika Latin mengalami resesi (juga dengan fenomena yang sama terjadi di Indonesia). Kasus ini sangat klasik sehingga dibahas dalam buku2 teks Ekonomi Internasional edisi 90an ke atas.

Orang-orang yang mengelola uang pada dasarnya menebak2 mau investasi di mana nih, yang menghasilkan return terbaik untuk investasi dalam jumlah besar. Waktu itu, negara2 asia tenggara plus korea dan taiwan adalah pasar baru yang menjanjikan prospek menarik: jumlah penduduk yang besar, sumber daya alam melimpah dan stabilitas politik yang panjang. Mengalirlah uang ke negara kita, pada awalnya sih itung2an investasinya konservatif dan benar. Tapi, karena takut uangnya diambil sama regim di negara tujuan investasi, pola perlindungan investasi G2G digunakan dan dalam bentuk hutang.

Namanya investasi yang punya prospek bagus itu ibarat gadis yang cantik, langsung menjadi buah bibir para investor. Lama-lama banyak yang sekedar ikutan tanpa memikirkan kemungkinan bahwa proyek2 yang dikembangkan adalah proyek bodong atau proyek yang tidak punya prospek. Persis seperti kasus penipuan investasi di mana banyak orang tertarik karena menghasilkan return yang bagus. Bedanya, yang menipu lebih canggih dan berbekal koneksi dengan kekuasaan.

Bagusnya atau celakanya, ada investor2 yang kerjaannya mengamati borok2 seperti ini, seperti si notorious George Soros. Dia itung2, uang (hutang) masuk ke Indonesia kok tidak didukung dengan tingkat penyediaan uang kas yang cukup sewaktu2 investor2 jangka pendek menarik investasinya. Persis seperti bank, banyak terima deposit dari nasabah, dipinjamkan ke proyek2 yang bermasalah, lama2 kekurangan likuiditas. Kalau mendadak ada rush, banknya pasti kolaps. George Soros ambil posisi yang memaksa investor2 jangka pendek menarik investasinya. Kita sih sebenarnya masih aman2 saja, karena yang paling parah itu Thailand pada awalnya. Tapi, entah mengapa, sentimen menjadi serba negatif, pasar uang negara2 asia tenggara rush, dan kita kena dampaknya.

Bagusnya dengan krisis ini kita dibangunkan dari mimpi dan berusaha untuk bangkit lagi. Cuma karena ada bom dimana2, kerusuhan, dan berbagai bentuk ketidakamanan, uang2 dari investor partikelir seperti kita pada nyumput semua, pindah ke tempat2 aman. Yang masih parkir cuma uangnya penguasa, yang celakanya walaupun sudah berganti regim tapi khan dulunya sebagian dari kita2 adalah mesin uangnya regim lama (tanpa disadari atau tidak). Regimnya hilang, mesin uangnya ada, dimanfaatkanlah sama operator2nya untuk mendanai kegiatan mereka menjadi "penguasa" kembali melalui mesin politiknya atau untuk kepentingan sendiri. Tidak heranlah ada setoran uang ke DPR atau ke lembaga2 lain (yang punya secuil kekuasaan) karena memang mesin uangnya masih berfungsi. Moga2 sih diantara kita tidak ada lagi yang jadi bagian dari mesin uang tersebut hehe
.

Written by RM on Thursday, August 21, 2008, 9:00 AM

Tidak ada komentar: