11 September 2008

Kelas Virtual Ekonomi 101

Seperti pernah saya tulis beberapa waktu yang lalu, saya akan posting di sini tulisan-tulisan teman saya Pak Rahmadi Murwanto yang sedang mengarungi dunia silat guna meraih Ph.D di New Zealand. Tulisan-tulisan ini diposting di milis angkatan, yang menurut sahibul hikayat sebagai sarana latihan nulis. Posting tulisan tidak runut tentang satu topik tertentu, tapi tentang banyak hal tergantung mood dan pancingan yang ada di milis. Umumnya bicara tentang ekonomi, pemerintahan, dsb, makanya saya namakan judul postingan di sini dengan Kelas Virtual Ekonomi 101. Bagi saya pribadi, postingan Prof. RM (kami memanggil beliau begitu) banyak memberikan pencerahan seperti layaknya sebuah kelas di kampus. Untuk edisi pertama ini, saya copy-paste-kan satu postingan yang awalnya dimulai dengan pertanyaan gambaran Republik Indonesia ke depan kira-kira seperti apa. Selamat menikmati....


Teman2, Jangan Pernah Pesimis

Di satu sisi, dalam jangka panjang Pak Kumis benar, kita pupuk kemampuan dan keahlian kalau suatu saat negara ini bukan tempat yang kita inginkan kita tinggal migrasi saja ke negara lain .

Dalam jangka pendek, perkembangan yang terjadi di negara kita sangat bagus. Kita sudah bisa belajar berdemokrasi, lengkap dengan kebodohan dan keterbatasan kita. Demokrasi itu bagus karena keberagaman kita memerlukan suatu sistem dimana semua perbedaan bisa diperdebatkan.

Kedua, kita harus selalu percaya kepada sistem pemerintahan, seberapa bobrokpun, karena kalau sampai fungsi pemerintahan diambil oleh pihak2 di luar pemerintahan (seperti kasus di sektor keamanan dengan banyaknya pasukan2 preman yang bertindak sebagai polisi), maka semakin lama yang terjadi adalah kegagalan negara (state failure) yang bisa terjadi sewaktu2 (dalam bentuk revolusi). Dalam situasi seperti ini, kita mungkin bisa menyelamatkan diri bersama2 keluarga, tetapi ada kemungkinan keluarga besar kita atau teman2 STA88 tercinta yang jadi korban kebrutalan revolusi.

Negara2 yang sekarang besar dulu juga bermasalah seperti kita, tetapi mereka percaya pada sistem demokrasi dan sistem pemerintahan mereka yang lambat laun menjadi maju.

Dalam studi perkembangan ekonomi negara, semakin homogen suatu negara, semakin mudah negara tersebut mencapai kemajuan. Uniknya, homogenitas ternyata sangat dipengaruhi oleh persentase etnis mayoritas dibandingkan dengan karakteristik lain, rupanya blood is thicker than any other.

Thailand memang maju walaupun sering terjadi kudeta karena sistem pemerintahan tetap berjalan dan mereka punya Raja yang sejak abad-19 dikenal pro dengan kemajuan negaranya, maklum mereka pemilik negara ini. Hanya, jangan sampai mengkritik raja di negara ini, begitu kata teman saya yang dari Thailand.

Vietnam, belakangan sangat maju, tetapi ternyata bubble seperti kita di Indonesia ketika tahun 1997. Sekarang mereka mendevaluasi nilai tukar mereka besar2an sehingga apa yang mereka miliki sekarang bisa2 seperti yang terjadi di Indonesia setelah krisis.

China, pertumbuhannya sangat didongkrak oleh proyek mercu suar, seperti Olimpiade. Mungkin cuma pemerintah China yang mau menghabiskan dana ratusan juta dollar untuk pembukaan olimpiade dengan mengorbankan banyak rakyatnya yang kelaparan bahkan yang jadi korban konstruksi dan pertambangan. Bukannya olimpiade tidak penting, tapi pemborosan dan pengeluaran yang tanpa perhitungan sekedar menunjukkan bahwa Chiha itu negara besar itu yang membuat pesimis banyak pebisnis2 jangka panjang.

Teman saya yang warga China dan cinta tanah airnya pesimis dengan kemajuan China yang menurutnya semu. Warga China kalau ingin punya bisnis yang aman (tidak diutak atik oleh pemda atau preman2 lainnya), harus menggunakan tangan asing, seperti Korea, Taiwan atau Jepang. Korupsi lebih menggila. Pajak ditetapkan sembarangan oleh kantor pajak (kita masih mendinglah ada aturan yang dijadikan dasar dan aparat pajak tidak bisa sembarangan). Kalau ada yang dihukum mati karena korupsi lebih karena persaingan politik, tersingkir dari partai kemudian supaya tidak membahayakan dipenjara atau dihukum mati.

Kekuasaan di atas ditopang oleh setoran dana (korupsi) dari sistem birokrasi. Jadi ingat keadaan kita pada masa Orde Baru.

Selain itu, pergantian kepemimpinan selalu menjadi momok yang menakutkan. Mengapa China agak stabil selama 30 tahun terakhir ini mungkin bisa dikatakan keberuntungan mereka memiliki Deng Xiao Ping yang ternyata memiliki pemikiran jangka panjang di bidang ekonomi dan perlahan2 menghilangkan pengaruh revolusi Mao. Dia juga yang memastikan pemimpin berikutnya menjalankan kebijakannya.

Saya tidak tahu negara2 lain, tapi saya agak mendalami perkembangan negara2 ini karena saya punya teman2 dari vietnam, thailand, dan china. Kita sering berdiskusi dan membandingkan apa yang terjadi, dan tentu saja sama2 sedih dengan perkembangan yang ada. Tapi, dalam hati saya terbersit rasa optimis dalam jangka panjang akan membaik sepanjang kita bisa memilih siapapun yang mengelola negara kita sebagai orang yang dipercaya, punya track record kemampuan yang bagus, dan mau bekerja sama dengan semua pihak untuk membuat perubahan. Jangan terlalu percaya pada janji2 (kecuali janjinya Pak Kumis kepada Miss Water Lily hehehehe), karena itu hanya rayuan.

Written by RM on Thu, Aug 21, 2008 at 4:18 AM

Tidak ada komentar: