23 September 2008

Cerita Ayam Jago

Minggu kemarin, di kantor ada mutasi/promosi yg cukup besar2an. Ada yang datang, ada yang pergi. Buat mereka, dan Anda juga, yang kebetulan dapat promosi atau mutasi ke tempat yang baru, barangkali cerita Ayam Jago ini dapat dijadikan renungan. Ide cerita ini saya dapat dari Acara Pagi-pagi-nya Rafiq dan Poetri di iRadio (89,6FM) kurang lebih 3-4 bulan yang lalu. Sebuah cerita yg sangat menarik dan mungkin akan menjadi insprasi. Di bawah, dengan beberapa modifikasi, saya coba tulis ulang cerita tersebut. Enjoy!!!


Trowulan, 30 Agustus 2008

Pagi itu, Cak Kodir, seorang peternak ayam kampung di Trowulan, satu daerah di pinggiran Kabupaten Mojokerto Jawa Timur, sedang gundah gulana. Betapa tidak, ayam-ayam ternakannya sudah beberapa bulan ini tidak mampu menghasilkan cukup banyak telor. Biasanya pada masa2 menjelang puasa begini, Cak Kodir menuai hasil yang lumayan besar dari ayam2 kampung petelornya. Tapi belakangan hasil tersebut nggak sampai setengahnya. Analisa Cak Kodir menyimpulkan, satu-satunya ayam pejantannya yang sudah tua ternyata gak cukup produktif membuahi para betina petelor. Berbagai upaya mendatangkan ayam jantan (jago) baru belum mampu mendongkrak perkawinan ayam dan tentunya produksi telor. Pagi itu, untuk kesekian kalinya Cak Kodir menunggu sambil berharap2 cemas tentang kinerja ayam jago barunya yang kemarin dilepas ke kandang ayam.

Sementara, di tengah kandang ayam terjadi dialog seru antara jago tua dengan jago muda. Jago muda, yang umurnya sekian puluh bulan lebih muda, sangat pede dengan kejantanannya. Apalagi melihat tampilan jago tua, yang udah mulai uzur. Si jago muda yakin, bahwa ke-40 betina yang ada di dalam kandang akan segera terpesona dan lengket begitu bergaul dengan dirinya, satu hal yang sesuai dengan harapan Cak Kodir.

Keadaan sebaliknya terjadi pada si jago tua. Maka, dengan langkah ragu, jago tua mendekati jago muda untuk menegosiasikan beberapa hal di dalam kandang.

"Tong, ehm... bisa kita ngobrol sebentar?" tanya jago muda ragu-ragu.

"Boleh, ada pak tua?" jawab jago muda sedikit congak.

"Gini, di kandang ini kan ada 40 betina. Gue akui, gue udah uzur dan mungkin gak sejantan kamu lagi. Gimana kalau kita bagi aja betina-betina yang ada di kandang ini. Gue dapat 10 sisanya buat kamu. Kamulah yang pilih kesepuluh jago yg untuk gue." Jelas jago tua sambil berharap2 tawarannya diterima jago muda. Dia berpikir, melihat kecongkakan jago muda, dapat 10 betina saja sudah hal yang luar biasa.

Di sisi lain, sambil mengibas-ngibaskan sayapnya, si jago muda berpikir keras apakah mau menerima tawaran jago tua atau tidak. Sejurus kemudian, jago muda memutuskan bahwa tawaran pak tua ini tidak ada menariknya. Kalau bisa dapat 40 kenapa musti bagi yang 10, pikirnya.

"Nggak lah Be, gue rasanya mampu tuh ngejabanin semua-semuanye...." Jawab si jago muda.

"Gimana kalau 5 aja yang buat gue Tong. Tua-tua gini gue kan juga perlu betina untuk penyaluran. Lu kasihan dong... sama gue yg udah tua gini", pinta si Jago Tua memelas.

"Nggak bisa!" sergah Jago Muda cepat.

Melihat gelagat yang kurang baik, Jago Tua berpikir utk cari jalan gimana supaya bisa paling tidak 5 betina. Sejurus kemudian, muncullah ide.

"Baiklah, Tong. Gue gak akan maksa elu utk bagi betina ke gue. Tapi dengan satu syarat...", kata Jago Tua.

"Apa itu?" tanya Jago Muda penasaran.

"Gimana kalau kita adu lari, dari ujung kandang yg satu ke ujung kandang yg lainnya. Kalau gue yg menang, gue dapat 5 betina, tapi kalau elu yang menang elu boleh dapat semua betina itu", tantang si Jago Tua.

Mendengar tantangan itu, si Jago Muda, merasa sangat PEDE bisa mengalahkan si Jago Tua. Memang semua faktor yg relevan, mendukung kepedean si Jago Muda itu. Umur, badan yg tegap, langkah yang lebih kuat dan sebagainya. Berbekal itu si Jago Muda nggak berpikir panjang lagi utk menerima tantangan si Jago Tua. Bayangan ke-40 betina di kandang langsung berputar-putar menari-nari di depan mata si Jago Muda. Harapannya melambung tinggi. Sangat tinggi.

"Oke, mari kita bertanding" sahut si Jago Muda.

"Ya, tapi nanti dulu...," jawab si Jago Tua. "Gue ada satu syarat lagi. Gue kan jauh lebih tua dari elu, nggak adil kan kalau kita start bareng? Gimana kalau gue start duluan, kira-kira 3 menit kemudian baru elu mulai start?"

"Nggak masalah Pak Tua..., atur aja." Sahut Jago Muda dengan optimisme yang masih tinggi. Akhirnya mereka setuju dan mulailah adu lari antara kedua jago tersebut, dengan diiringi oleh riuh rendah suara para betina pendukungnya. Setelah siap, larilah Jago Tua dengan langkah yang agak tertatih-tatih. Setelah kira-2 tiga menit, Jago Tua sampai kira2 sepertiga jarak yang harus ditempuh, mulai berlarihlah Jago Muda. Wuuuzzzz... Langkah2nya mantap!!! Tetapi, tiba-tiba terdengar suara ledakan yang amat keras.

"Doorrrr....!!!"

Dan sekonyong-konyong Jago Muda tersungkur sebelum bisa menyalip Jago Tua.

Dari luar kandang, terlihat Cak Kodir geleng-geleng kepala sambil memegangi senapan angin yang masih hangat karena barusan memuntahkan sebutir pelurunya. Sambil geleng-geleng, Cak Kodir berkata dalam hati, "Uedaannn..., berkali-kali beli ayam jago, eh gak tahunya ayam jagonya HOMO??!!?@#%