Pengalaman ini saya peroleh hampir setahun yang lalu. Tepatnya pada bulan puasa tahun kemarin. Ceritanya, suatu hari pada bulan puasa itu saya berniat untuk buka puasa di rumah. Selama ini, saya memang jarang sekali buka puasa di rumah di hari-hari kerja. Maklum, kondisi lalulintas Jakarta yang demikian macet, membuat saya pesimis untuk bisa menikmati buka puasa bersama keluarga di rumah. Nah, pada hari itu saya nekat untuk pulang kantor cepat-cepat agar maghrib bisa sampai rumah.
Maka, begitu jam menunjukkan 16.30, buru-buru saya menuju ke tempat absen dan pulang. Sebelumnya saya sudah merencanakan rute pulang mana yang saya akan ambil, dari kator saya di kawasan Stasiun Gambir ke Meruya di Jakarta Barat. Rute yang saya ambil hari itu adalah Medan Merdeka Timur-Medan Merdeka Utara-Abdul Muis-Tanah Abang II (yg ini saya nggak pasti, pokoknya yang lewat depan Markas Paspampres)-Jalan Musi-Tomang Raya-Tol Jakarta Tangerang-Meruya. Pada saat sampai Jalan Musi ternyata kondisi jalan sudah macet total, padahal dari Gambir tadinya lancar-lancar saja. Begitu macetnya, akhirnya cita-cita untuk berbuka puasa di rumah gagal total. Saya harus buka puasa di Jalan Musi dengan es buah dan bak pao rasa kacang ijo yang dijual pedagang asongan. Tetapi, ada pengalaman yang menarik yang rupanya menjadi penyebab kemacaten berkepanjangan itu: pak ogah!
Jadi, di ujung Jalan Musi yang mau ketemu Jalan Tomang Raya ada pertigaan dengan dua jalan dari arah Tanah Abang yang mengapit sungai. Nah, di pertigaan ini ternyata siapa yang bayar akan dapat kesempatan jalan duluan, mungkin sama dengan tempat lain tetapi di sini lebih parah. Setelah mendekat ke petigaan itu, baru saya bisa memperhatikan apa gerangan yang terjadi. Setelah memahami situasi, langsung saya buru-buru ambil jalur kanan dan mengacungkan duit seribuan pada para pak ogah. Kode agar dicarikan jalan..., dan ternyata berhasil. Begitu lihat duit seribuan yang saya lambaikan, saya didatangin seorang pak ogah untuk diselipin diantara mobil-mobil lain dan memang jadi lebih cepat, setelah satu jam lebih menunggu!
Pengalaman ini menjadi inspirasi untuk hari-hari berikutnya. Sampai sekarang rute ini jadi favorite saya, dengan tambahan Rp1000 sampai Rp1500 perjalanan jadi lebih lancar dan cepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar