Kemarin, hari Senin tanggal 16 Juni 2008, saya ke kantor naek angkot. Mobil di parkir di kantor, motor di pakai buat antar jemput anak sekolah, maklum lagi EHB. Saya takut anak kedua saya, Osama, mogok sekolah karena harus berangkat sekolah jalan kaki. Anak ini memang luar biasa!!! Kalau berangkat sekolah mesti di antar, meskipun kalau pulang jalan kaki juga nggak apa-apa....
Ok, balik ke topik naek angkot.
Dari rumah di Meruya ke kantor di kawasan Gambir, saya naek angkot M11 ke Tanah Abang, baru disambung dengan ojek. Cerita seru perjalanan ke kantor kemarin, terjadi pada bagian naek ojek ini. Jadi, pada saat menikmati ojek di tengah kemacetan di depan Stasiun Tanah Abang, Anda yang sering lewat kawasan ini pahamlah bagaimana kemacetan dipagi hari. Ditengah-tengah liukan ojek menyelip sana sini, tiba-tiba terdengar bunyi... braakkkk!!!! Kaget, tukang ojek juga kaget. Sejenak lihat ke belakang, eh ternyata ada mobil Nissan Terano, kalau gak salah sih, warna hitam yang nabrak si ojek ini. Spatbor belakang pecah, dan helm si tukang ojek jatuh masuk ke kolong bis kota. Singkat kata, si tukang ojek ini mintalah pertanggungjawaban si supir Terrano. Entah apa yang mereka bicarakan, saya hanya lihat dari kejauhan, akhirnya tukang ojek balik ke motor dan mulai jalan lagi.
"Gimana mas?", tanya saya.
"Di depan aja pak, takut bikin macet", jawab si tukang ojek.
Setelah sampai di kolong jalan layang Jati Baru, tukang ojek berhenti dan berharap si Terrano akan menghampirinya. Tapi apa lacur, si Terrano ternyata tidak mau berhenti dan main nyelonong, ngebut lagi. Marahlah si tukang ojek kita ini, kontan saja dengan buru-buru si tukang ojek hidupin motornya dan nguber Terrano dengan saya tetap di jok belakang. Jadilah episode kejar-kejaran seperti di film-film.
Kejar-kejaran berhenti di depan kantor Dinas Perhubungan di kawasan Jati baru, dan baru ketahuan ternyata si sopir Terrano ternyata Bapak Pejabat di kantor tersebut, setelah kaca mobil dibuka ketahuan ada papan nama di dada kanannya, tapi saya tidak ingat betul. Seingat saya nama depannya pakai Slamet.... Terjadilah perdebatan siapa yang salah dan tawar menawar ganti rugi. Tukang ojek minta Rp40 ribu, tetapi Pak Slamet Terrano ini hanya mau ngasih Rp20 ribu, sambil berkata, "Kalau nggak terima, kita selesaikan aja di kantor saya." Mendengar jawaban itu, tampaknya tukang ojek jadi ngeper, "Ribet pak, urusan di kantor", alasannya.
Akhirnya diterimalah Rp20 ribu dari Pak Slamet Terrano ini, dan berakhirlah adegan kejar-kerjaran....
Sampai di kantor saya berpikir, betapa bahayanya kejadian kejar-kejaran tadi, kalau ada apa-apa... bisa jadi bikin mati, untuk Rp20 ribu....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar